Tulang
yang Patah
Pada suatu pagi yang gelap aku
terbangun dengan bingung, “Jam berapakah ini ?” aku berpikir. Saat aku melihat
“handponeku” aku melihat bahwa sekarang jam 3.30 pagi. Aku terbingung mengapa
dadaku terasa sakit sedikit. Saat aku mengecek ternyata dadaku berdarah. Lalu
aku teringat bahwa kemarin (hari Jum’at) aku terjatuh dari pohon setinggi 3
meter. Pundakku dan beberapa sendi lain tidak bisa bergerak. Aku belum
bercerita kepada orangtuaku. Setelah itu aku kembali tidur.
Jam
6 aku kembali bangun, aku pergi ke kamar aku bercerita tentang apa yang terjadi
kemarin. Kemudian orangtuaku langsung membawaku ke rumah sakit terdekat. Saat
kami sampai rumah sakit tersebut rumah sakit tersebut sangat kosong dan hening,
saat kita berjalan 3 meter ke depan pintu masuk rumah sakit tersebut tertutup
oleh sendirinya. Kami berpikkir bahwa ada hantu di rumah sakit tersebut,
ternyata pintu tersebut adalah pintu otomatis. Kami berjalan melihat sekitar,
tetapi kami tidak melihat 1 orangpun. Kami berjalan 4 meter ke depan dan
melihat sekitar lagi, tetapi masih tidak ada orang. Kami melihat sebuah belokan di
sebelah kanan 5 meter ke depan. Kami berjalan 5 meter ke depan dan belok kanan.
Akhirnya kami menemukan administrasi rumah sakit tersebut.
Orangtuaku
mendaftarkan diriku untuk diperiksa. Aku mendapat urutan ke 10, sekarang masih
giliran ke tujuh. 15 menit kemudian aku dan orangtuaku masuk ke ruang
pemeriksaan, kata dokter tulangku mungkin patah, sebaiknya di x-ray. Sebelum
aku pergi ke ruang x-ray dokter mengobati lukaku dan diperban. Dalam
perjalananku ke ruang x-ray aku melihat beberapa pasien yang aneh, ada yang
tidak memiliki dua tangan, ada yang tidak memiliki kaki, ada yang tidak
memiliki kaki dan tangan. Orangtuaku memperingatkanku, kata mereka jangan
melihat orang-orang tersebut. Aku terus melanjutkan perjalananku ke tempat
x-ray.
Beberapa
langkah kemudian tanpa sadar aku sudah sampai di ruang x-ray. Aku mengambil
urutan lagi, kali ini aku mendapatkan urutan ke 12, sekarang masih di urutan ke
5. Setengah jam sudah berlalu, akhirnya aku dipanggil untuk di x-ray. Aku masuk
ke dalam ruang x-ray. Aku sedikit takut dengan alat-alat yang ada di ruangan
tersebut karena mereka sangat besar dan aku takut terkena terlalu banyak
radiasi dari alat-alat tersebut. Petugas x-ray tersebut menyuruh diriku untuk
tidur di sebuah kasur. Lalu salah satu petugas ruangan tersebut membawa alat besar
dan dipindahkan ke atas dadaku. Petugas tersebut menyalakan x-ray tersebut “Ceklik”
sebuah foto diambil menggunakan x-ray oleh petugas tersebut. Saat sudah selesai
mengambil foto tersebut aku keluar dari ruangan x-ray. Aku dan orangtuaku
menunggu untuk hasil x-ray. 10 menit setelah aku di x-ray aku dan orangtuaku
diberi hasilnya. Petugas tersebut memberi tahu kita untuk memberi foto tersebut
kepada dokter yang mengobatiku.
Aku dan
orantuaku kembali ke ruang doker yang mengobatiku. Ayahku membawa hasil x-ray
tersebut. Tiba-tiba seorang tuna netra menabrak ayahku dan hasil x-ray tersebut
jatuh. “Maafkan saya tidak sengaja, saya tidak bisa melihat” Kata orang tuna
netra yang baru saja menabrak ayahku. Ayahku dengan gampang memaafkan orang
tuna netra tersebut. Saat sudah sampai di ruang dokter tersebut aku dan
orangtuaku dijelaskan apa saja yang rusak dan retak di tualng-tulang di dadaku.
Kata dokter tersebut aku harus menginap di rumah sakit.
Dua minggu
kemudian aku sudah boleh pulang. Saat ingin pulang aku diberi 1000 ml kalsium
cair, kata dokter aku harus meminum 10ml kalsium setiap kali aku sudah selesai
makan. 1 Bulan kemudian aku kembali ke rumah sakit tersebut dan dicek. Setelah
diberi hasilnya ternyata aku sudah sembuh.
Selesai